Berita 

Kolaborasi Musisi dan Penyair Meriahkan Panggung FLT

Tangsel (Litera.co.id)-Kolaborasi antara musisi dan penyair yang dipentaskan di malam apresiasi Festival Literasi Tangerang Selatan (FLT) hari Sabtu malam 4/11 di Kandank Jurang Doank (KJD) berjalalan meriah. Pentas diadakan pada pkl 20.00 setelah penampilan baca puisi oleh beberapa penyair undangan seperti Saras Dewi dari Bali dan Kiki Sulistyo dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Ada delapan puisi yang kemudian digubah menjadi lagu. Para penyair diminta terlebih dahulu membacakan puisinya hingga selesai kemudian para musisi dan penyanyi menyenandungkannya. Penampilan panggung menjadi menarik saat Edi Bonetsky dan Ale Ustman turut memanaskan panggung dengan gaya teatrikalnya.

Delapan puisi yang juga dimasukkan dalam antologi puisi Situ, Kota, dan Paradoks yang diluncurkan di event FLT tersebut adalah “Himbau-himbau” (Esha Tegar Putra), “Saat Kau Mengajakku Duduk di Tepi (Mahan Jamil Hudani), “Fragmen Pondok Ranji” (Gita Irawan). “Dan Kaupun Menghilang” (Cut Hani Bustanova), “Genang Jelita” (Andy Lesmana), “Setu Tujuh Kehilangan Muara” (Beni Satria), “Ekor Bonetsky” (Sartika Dian Nuraini), dan “Rumah Air” (Roy Manu Leveran). Puisi-puisi tersebut digarap secara musikal oleh musisi dan penyanyi yang malam itu tampil secara berbarengan di atas panggung. Mereka adalah Geddi Jaddi Memmbumi, Dicky, Tyo, Habiburrahman dan tiga lain yang menjadi vokalis adalah Fitra Raharjo atau Jo, Adang Albanie, dan Tao.

Adang Albanie saat ditanya Litera tentang berapa lama persiapan menggarap puisi-puisi tersebut menjadi musikal mengatakan jika ia dan rekan-rekan mengerjakannya selama dua minggu. Jo atau Fitra Raharjo menambahkan jika waktu dua minggu itupun tak digunakan setiap hari.

(Mahrus Prihany)

Related posts

Leave a Comment

nineteen − ten =